Halo sahabat Penalis! Kali ini, kami ingin membahas tentang overthinking karena otak kita bukan Google Chrome dengan 100 tab!

Pernah enggak sih kamu ngerasa otakmu isinya banyak banget, kaya notebook yang buka ratusan tab? Semua hal diproses sama otakmu dalam satu waktu sampai kamu merasa enggak baik-baik saja? Relate banget, kan?

Overthinking biasanya terjadi karena kita terlalu fokus pada pilihan, kemungkinan, atau konsekuensi yang belum tentu terjadi.

Contohnya sesimpel bales chat; kamu pasti pernah menghapus berkali-kali karena kamu ngebayangin kemungkinan-kemungkinan yang terjadi untuk respons yang kamu dapet nanti setelah mengirim pesan tersebut.

Overthinking sebenarnya enggak apa-apa, guys, selama tidak berlebihan. Ingat ya, tidak berlebihan! Sebagai manusia, kita dianugerahkan pikiran memang untuk berpikir, tapi ada baiknya kamu segera sadar saat volume berpikir yang kamu lakukan sudah terlalu jauh menyimpang dari keadaan nyata.

Kabar baiknya: kesadaran adalah upgrade pertama. Ketika kamu sudah sadar bahwa kamu sedang overthinking dan ingin segera keluar dari keadaan itu, ada beberapa langkah cepat Anti-Mainstream untuk redam overthinking yang bisa kamu ambil.

Overthiking Terjadwal dan Terencana

Overthinking itu seperti tamu tak diundang yang datang kapan saja. Solusinya adalah “Jadwalkan dia!” Saat overthinking menyerang di tengah hari, energi dan fokus kita terkuras habis. Triknya adalah membalikkan keadaan dengan cara jadwalkan dengan bijak kapan kamu harus overthinking. Semacam ada waktu ritual tertentu, dan waktu terbaik adalah pagi hari. Tentukan 10-15 menit di pagi hari (misalnya, pukul 07.00–07.15) sebagai Worry Time atau Strategizing Time. Arahkan Fokus kamu, gunakan waktu ini untuk membuat rencana dan strategi menghadapi hari ini. Overthinking-lah atas hal apa yang kamu bisa raih hari ini, bukan apa yang akan kamu takuti. Jika ada kekhawatiran yang muncul di luar jam pagi itu, segera tuliskan dan katakan pada diri sendiri: “Gue akan mengurus ini di sesi Worry Time-ku besok pagi. Sekarang gue harus fokus.” Tujuannya untuk mengajarkan otak bahwa kekhawatiran itu sah, tapi harus antre.

Mencatat Fakto dan Fakta Overthinking

Overthinking seringkali hanya kumpulan asumsi dan hipotesis, bukan fakta. Kita perlu sebuah Filter Kebenaran untuk memisahkannya. Cari Faktor dan Data Nyata dengan cara ambil buku atau notepad. Tuliskan faktor-faktor dari setiap hal yang kamu pikirkan. Fokus pada data, bukan emosi. Contoh: Jika kamu khawatir chat tidak dibalas, tulis: “Faktor 1: Dia sedang sibuk kerja. Faktor 2: Baterai HP-nya habis. Faktor 3: Pesanku biasa saja, tidak ada yang salah.” Lucu sih, tapi ini beneran bisa bantu kamu loh!

Setelah kamu menuliskan faktor-faktor tersebut, tutup notepad-nya! Lakukan aktifitas lain dulu yang melibatkan tubuh dan indra (misalnya stretching, salto, jajan atau ngobrol sama tiang listrik). Cek ulang dengan perspektif baru dengan membuka kembali notepad saat waktu senggang dan di keadaan yang berbeda (misalnya, pindah tampat dari kamarmu ke ruang tahanan di kantor polisi).

Kamu akan menemukan fakta yang berbeda dengan faktor yang sudah kamu tulis saat panik tadi. Karena di keadaan yang berbeda (tenang) kita akan melihat suatu keadaan dengan berbeda juga. Kekhawatiranmu biasanya akan terasa jauh lebih kecil dan absurd.

Lakukan Hal Konyol

Karena udah bingung mau ngapain, sebaiknya lakukan hal konyol dan lucu yang bisa bikin orang lain ketawa. Mendengar orang lain ketawa pasti kamu happy deh.

Mengatasi overthinking bukan tentang menghentikan pikiran, tetapi tentang mengubah cara kamu meresponsnya. Tiga trik metal ini—menjadwalkan khawatir, memfilter fakta, dan melakukan hal konyol—adalah tools canggih yang bisa kamu gunakan untuk mengambil kembali kendali remote control hidupmu. Salam Literasi!

Ditulis oleh: Jaxson Denrophile

Shares: