Dengan mengenal ragam budaya Indonesia, kita dapat memperdalam hubungan antar manusia dan memperdalam rasa cinta, serta bangga sebagai warga negara Indonesia.

Salah satu provinsi di Indonesia yang patut kita kenal ragam budayanya adalah Bali. Bali bahkan sudah dikenal mancanegera sebagai salah satu destinasi wisata favorit yang indah dan mengagumkan, terutama wisata pantai Bali yang sangat banyak destinasinya.

Bali dikenal juga sebagai Pulau Dewata, pulaunya para dewa. Penduduk di Bali mayoritas pemeluk agama Hindu. Perekonomian di Bali sebagian besar bergerak di sektor pariwisata dan pertanian juga perikanan.

Seni budaya Bali sangat banyak ragamnya, hal ini sangat dipengaruhi oleh sejarah pulau Bali. Dari mulai mitologi dan cerita rakyat yang kaitannya dengan budaya dan tempat-tempat bersejarah di Bali, hingga masuknya agama Hindu ke Bali pada awal abad masehi kemudian masa Majapahit tahun 1343 sampai dengan tahun 1846, lalu masa perang melawan orang-orang belanda sampai akhirnya Indonesia merdeka pada tahun 1945 dan diakui Belanda pada 1950.

Berikut Penalis merangkum seni budaya Bali yang perlu dikenal dan dilestarikan.

1. Bahasa

Bahasa Bali kerap digunakan berkomunikasi di Bali, kemudian bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai penunjang pariwisata guna untuk berkomunikasi dengan turis negara asing.

Berdasarkan data UNESCO tahun 2019, Indonesia memiliki 707 bahasa daerah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa merupakan kunci berbagai keterampilan, megetahui informasi, dan banyak hal-hal lain di dunia ini. Mengutip dari Kemendikbud pada tanggal 9 September 2019, BASAbali wiki sebuah organisasi yang berupaya melestarikan bahasa daerah bali menerima penghargaan The UNESCO Confucius Prize for Literacy.

2. Rumah Adat

Rumaha adat bali terbagi atas beberapa bagunan yang dikelilingi pagar beton. Bangunan di dalamnya memiliki aturan rumah Bali yang terbagi dalam tiga aspek atau Tri Hita Karana, yaitu Parahyangan (hubungan dengan Tuhan), Palemahan (hubugan dnegan lingkungan) dan Pawongan (Hubungan sesama manusia) membuat rumah adat bali menjadi sangat dalam makna dan syarat guna. Berikut adalah ulasan bagian–bagian rumah adat Bali yang penalis rangkum.

a. Gapura

Sejatinya Gapura adalah pintu masuk, dalam hal ini rumah adat Bali memiliki gapura berupa Candi Bentar yaitu dua bangunan yang bediri simetris dan sama bentuk. Satu bangunan membatasi sisi kiri pagar benton dan satunya lagi sisi kanan. Tidak ada atap di atasnya, bagian tegahnya hanya dihubungkan dengan anak tangga sebagai jalan masuk.

b. Angkul-Angkul

Setelah gapura, kemudian ada Angkul-angkul, pada dasarnya adalah pintu masuk setelah Gapura, bentuknya hampir sama dengan Gapura atau Candi Bentar namun ada atap di atasnya.

c. Aling-Aling

Bangunan berupa patung atau pembatas yang biasa disebut penyeker, tingginya 150 cm yang berfungsi sebagai pembatas antara Angkul-angkul dengan pekarangan tempat privasi atau tempat suci dari rumah adat Bali tersebut.

d. Sanggah atau Pemerajaan

Adalah Pura keluarga atau tempat ibadah keluarga, bangunan ini biasanya berada di Timur Laut.

e. Bale Manten

Bale Manten berdiri di bagian Utara rumah, tempat ini diperuntukan khusus bagi anak perempuan dan kepala keluarga, Bale Manten juga kerap digunakan bagi pasangan yang baru menikah dan meyimpan barang-barang berharga.

f. Bale Dauh

Bale Dauh ialah tempat menerima tamu. Selain untuk menerima tamu, Bale Dauh biasanya digunakan untuk tempat tidur anak laki-laki

g. Bale Sepakat

Bale Sepakat ialah tempat kumpul keluarga, bersantai dan menjalin kehangatan keluarga. Berbentuk persegi dengan empat tiang penyanggah.

h. Bale Gede

Seperti namanya, bangunan ini berbentuk persegi panjang dengan dua belas tiang penyanggah. Biasanya digunakan untuk upacara adat, membuat kesenian patung, merajut pakaian, dan sesaji.

i. Klumpu atau Jineng

Bangunan tempat menyimpan bahan makanan seperti padi, sagu, jagung dsb.

j. Pawaregen

Bangunan yang berfungsi sebagai dapur, tempat mengolah makanan serta tempat menyimpan alat-alat rumah tangga, khusunya yang dipergunakan untuk memasak.

3. Tarian Bali

Ada puluhan tari Bali, tapi pada artikel ini penalis akan membahas 9 tarian Bali yang ditetapkan menjadi warisan tak benda UNESCO. Tiga genre tari Bali ditetapkan sebagai warisan budaya dunia pada sidang ke 10 Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Windhoek, Namibia, 2 Desember 2015. (UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity)

Tiga Genre dalam tari tradisional Bali yaitu terdiri dari:

  • Wali atau Tari Sakral (8-14 Masehi)

  • Bebali atau semi sakral (14-19 Masehi)

  • Tari Pertunjukkan atau Balih-balihan (19 Masehi – Saat ini)

Kemudian kesembilan tari itu adalah Rejang, Sanghyang Dadari, Baris Upacara, Topeng Sidhakarya, Sendratari Gambuh, dan Sendratari Wayang Wong, Topeng Sidhakarya, Sendratari Gambuh, dan Sendratari Wayang Wong.

Hal ini patut menjadi sebuah kebanggan bagi Bali dan Indonesia. Sangat wajib kita jaga dan kita lestarikan.

4. Upacara Adat Bali

Di Bali, upacara adat dilakukan untuk memperingati sesuatu hal atau upacara yang sifatnya mempunyai tujuan khusus. Berikut beberapa upacara adat Bali yang kerap dilaksanakan yang kaya akan spiritualitas serta maksud dan tujuan dari dilakukannya upacara adat tersebut.

a. Upacara Adat Ngaben

Dilaksanakan saat ada orang meninggal masyarakat Hindu Bali, tahap dan ketentuan upacara adat Ngaben dilakukan oleh keluaga ketika ada sanak sodara yang meninggal dunia. Tubuh orang yang meninggal akan dibakar dan abunya dihanyutkan ke laut.

b. Upacara Adat Nyepi

Hari Raya Nyepi adalah sebuah momen sakral. Hari hening, bukan hura-hura atau pesta. Adalah hari raya umat Hindu, memohon untuk disucikan nya Alam Manusia dan Alam Semesta kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pada Kitab Negarakertagama Empu Prapanca, di abad ke-14 sudah mencatat perihal adanya ritual pergantian Tahun Saka. Hari Raya Nyepi ialah momen “Tapa-Yadnya”. Sebuah momen refleksi, asketisme, kontemplasi, dan meditasi.

c. Upacara Melasti

Upacara ini dilakukan tiga hari menjelang Hari Raya Nyepi, maksud dari dilakukannya upacara Melasti adalah untuk menyucikan diri. Para penduduk yang menghadiri upacara ini akan dipercikan dengan air suci. Upacara ini biasanya dilakukan di mata air, danau, dan laut. Tempat-tempat yang dipercaya menyimpan mata air keabadian atau dalam kepercayaan Hindu, disebut juga Amerta.

d. Upacara Mepandes atau Metatah atau Mesuguh

Adalah upacara pemotongan gigi bagi anak remaja, baik perempuan sejak pertama kali menstruasi, atau anak lelaki yang suaranya sudah memberat. Tujuan dari dilaksanakannya upacara Mepandes adalah untuk menghilangkan nafsu buruk seperti kecemburuan, keserakahan, dan lain sebagainya bagi remaja yang beranjak dewasa tersebut.

e. Upacara Galungan

Upacara Galungan dilakukan setiap semester, selama 10 hari berturut-turut menurut hitungan kalender Bali. Tujuan dari upacara Galungan ini adalah untuk merayakan kemenangan melawan kejahatan.

f. Upacara Saraswati

Upacara ini dilakukan untuk merayakan ilmu pengetahuan. Mendoakan buku, kitab dan apapun yang berkaitan dengan ilmu pengatahuan dalam rangka mengadakan pemujaan pada Dewi Saraswati yang dipercaya pembawa ilmu pengatahuan di muka bumi. Sebagai bentuk rasa syukur atas ilmu pengatahuan yang membuat kehidupan menjadi lebih baik.

g. Upacara Mekare-kare

Upacara adat ini besaral dari desa Tenganan, dilakukan dengan berperang pandan antara dua pria dewasa, upacara adat Mekare-kare dilakukan sebagai bentuk pemujaan kepada Dewa Indra, dewa perang dalam kepercayaan Hindu.

Setelah melakukan perang pandan, para pelaku perang akan didoakan oleh tokoh tetua agar tidak merasakan sakit atau perih setelahnya.

h. Upacara Ngurek

Upacara ini memiliki nilai moral yang luhur yakni sepenuhnya ikhlas meyakini pertolongan Sang Hyang Widhi Wasa. Meski sudah menusukan keris tajam beberapa bagian tubuh, tapi tidak ada luka sedikitpun di tubuh partisipan. Diyakini pelaku ngurek bukan orang sembarangan, saat melakukan ngurek pelaku dalam keadaan tidak sadar, yang dipercaya saat itu bahwa dewi-dewi telah turun dan hadir diantara mereka untuk menyaksikan ritual. Ngurek dilakukan sebagai bentu pemujaan Dewi Nyadnya.

Bali memiliki banyak sekali seni budaya yang perlu dijaga. Setelah mengenal kemudian akan mencintai, hal positif dari cinta ialah perasaan ingin menjaga. Oleh karena itu mari kita jaga seni budaya Indonesia. Salam budaya.

Shares: